Upacara Mitoni Jawa

Back

Legenda Upacara ini

Pernah ada pasangan. Pria itu adalah Ki Sedya dan istrinya adalah Niken Satingkeb. Mereka memiliki sembilan bayi bersama, tapi mereka semua tidak hidup selama itu. Pasangan itu sangat sedih dan mendatangi raja mereka: Raja Jayabaya yang bijak dan cerdas yang tinggal di abad ke-11. Jayabaya memberikan nasihat ayah berikut kepada pasangan tersebut:

  • Berdoalah kepada Sang Pencipta yang Kudus, Yang Maha Kuasa.
  • Kemudian mandilah dengan air dari tujuh sumber.
  • Semua upacara tradisional dimulai dengan Kenduri. Setelah kenduri ibu hamil didampingi oleh beberapa tetua desa untuk ritual mandi dengan air dari tujuh sumur - sumur kebunnya sendiri dan kebun para tetangga. Ini adalah simbol bahwa bayi saat lahir diberkati oleh seluruh keluarga dan oleh semua tetangga.

    Dua buah kelapa dari Sajen kemudian dibelah dan sebagian air kelapa diminum oleh ibu hamil. Harapannya, karakter Arjuna dan Sumbadra yang baik akan diserap oleh jiwa bayi. Kekuatan dan keamanan adalah simbol upacara ini.

    Tradisi yang sama memiliki bentuk yang berbeda di daerah yang berbeda. Baik di Yogyakarta maupun di Jawa Tengah, gagasan mendasar dari ceremoni mitoni ini sama. Namun, hal itu dilakukan dengan berbagai cara. Di Bantul, misalnya, ritual ini disebut tingkeban.

    Dalam upacara di Bantul, yang berlangsung dari jam tujuh sampai jam sembilan malam, istri dan suaminya dimandikan dulu. Kemudian mereka berpakaian di tempat terpisah seperti pangeran dan putri. Mereka kemudian dibawa bersama untuk memotong janur (daun kelapa muda). Wanita itu mengenakan karangan bunga kapas di sekeliling lehernya dan pria itu mendekatinya untuk memotong dedaunan dengan bersiul. Pembawa acara melempar telur ke lantai dan memberi tepuk tangan kepada para pengamat.

    Kulonprogo memiliki kira-kira eksekusi yang sama seperti yang dijelaskan di atas tingkeban. Satu-satunya perbedaan adalah prosesi ekstra sebelum pemotongan janur. Pasangan ini dipimpin berkeliling ke tempat ritual. Hal ini dilakukan dengan tujuan membersihkan rumah dari gangguan setan (roh jahat).

    Meskipun berbeda ritual kehamilan sekitar bulan ketujuh, mereka semua memiliki esensi yang sama. Ini adalah mencari perlindungan material dan spiritual bagi pasangan, anak masa depan dan seluruh keluarga. Mereka menunjukkan bahwa kebijaksanaan budaya Jawa selalu mencari keseimbangan antara tubuh dan jiwa. Mitoni atau tingkeban adalah bukti penentuan orang Jawa untuk mempertahankan kebijaksanaan ini dan untuk menjaga tradisi lama tetap hidup.

    Ki Sedya dan Niken Satingkeb berhasil dalam usaha baru. Mereka telah mengikuti nasehat Raja Jayabaya. Nama lain Mitoni adalah Tingkeban untuk mengenang Satingkeb. Saat ini, ritual Mitoni atau Tingkeban ini masih dilakukan di Jawa dan tempat lain dengan keturunan Jawa.

    Di akhir ritual, pasangan yang berbahagia itu menjual rujak (campuran potongan buah dengan sambal) dan cendol (minuman penyegar yang manis dari santan dicampur dengan gula dan potongan kecil dawet).

    Para tamu membayar untuk ini dengan pecahan genteng tanah. Rujak melambangkan kehidupan yang antusias di sini. Dawet disebut juga Dawet Plencing. Dawet adalah minuman sehat. Plencing adalah berlari kencang. Dawet Plencing mengungkapkan kelahiran bayi yang mulus dan aman.

    Back

    About

    Java, the heart of the Indonesian Republic. An Orientation to the Culture and Traditions of Java.

    Workshops

    more

    Definitions

    • The Island of Java Java is the fifth-largest island of Indonesia. With a population of 120 million people (65% of the total population in Indonesia) living on an area of 127569 sq. km (7% of the total Indonesian area), it is the most crowded island in the world..
    • Javanese Ceremonies Traditions that are celebrated within the culture of the Indonesian people on Java.
    • Mixed Marriage A mixed marriage is when two people from different cultural backgrounds or different religious traditions or faiths marry.

    Website